Hari Kebangkitan
Oleh:
Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Pada hari kebangkitan, terdapat khilaf di kalangan para ulama tentang apakah ada dua atau tiga tiupan sangkakala. Sebagian ulama mengatakan bahwa proses terjadinya hari kebangkitan adalah dengan tiga tiupan sangkakala.
Tiupan yang pertama disebut dengan نَفْخَةُ الْفَزَعْ, yaitu tiupan yang akan mengagetkan seluruh manusia bahwa akan terjadi perubahan di seluruh alam semesta. Allah ﷻ berfirman,
وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ (87)
“Dan (ingatlah) hari ketika ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” (QS. An-Naml : 87)
Ketika tiupan ini telah berbunyi, maka pada saat itu terjadilah hari kiamat, hari yang sangat mengerikan. Allah ﷻ berfirman tentang yang terjadi tentang bumi,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2)
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya.” (QS. Al-Zalzalah : 1-2)
Allah juga bercerita tentang lautan,
وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ (3)
“Dan apabila lautan menjadikan meluap (ke seluruh muka bumi).” (QS. Al-Infithar : 3)
وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ (6)
“Dan apabila lautan dipanaskan (dinyalakan).” (QS. At-Takwir : 6)
Allah juga bercerita tentang gunung-gunung pada hari itu,
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا (105) {فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا (106) لَا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلَا أَمْتًا (107)
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah: “Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya. Maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (QS. Taha : 105-107)
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ (88)
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Naml : 88)
Allah juga bercerita tentang langit,
إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ (1)
“Apabila langit terbelah.” (QS. Al-Infithar : 1)
وَإِذَا السَّمَاءُ كُشِطَتْ (11)
“Dan apabila langit dilenyapkan. (QS. At-Takwir : 11)
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (67
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. Az-Zumar : 67)
Hari kiamat adalah hari yang sangat dahsyat. Allah ﷻ berfirman,
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ (1) يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ (2)
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” (QS. Al-Hajj : 1-2)
Kemudian selanjutnya adalah tiupan kedua yang disebut نفخة الصعق. Kata Allah ﷻ dalam firmanNya,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ (68)
“Dan ditiuplah sangkakala (kedua kali), maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.” (QS. Az-Zumar : 68)
Sebagian para ulama mengatkan bahwa makhluk Allah yang dikecualikan untuk tidak mati pada tiupan sangkakala kedua adalah malaikat jibril, ada yang mengatakan bahwa malaikat tersebut adalah yang memikul ‘Arsy Allah, dan ada yang mengatakan bahwa malaikat Israfil pun mati setelah meniup sangkakala tersebut, akan tetapi Allah menghidupkannya kembali. Intinya seluruh makhluk mati kecuali yang Allah kehendaki.
Kemudian selanjutnya adalah tiupan ketiga yang disebut نفخة البعث. Sebagaimana firman Allah selanjutnya,
ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ (68)
“Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az-Zumar : 68)
Inilah yang disebut dengan hari kebangkitan.
Kemudian Allah ﷻ menceritakan tentang kondisi manusia setelah dibangkitkan. Allah ﷻ berfirman,
خُشَّعًا أَبْصَارُهُمْ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ كَأَنَّهُمْ جَرَادٌ مُنْتَشِرٌ (7)
“Sambil menundukkan pandangan, mereka keluar dari kuburan, seakan-akan mereka seperti belalang yang beterbangan.” (QS. Al-Qamar : 7)
Imam Al-Baghawi mengatakan bahwa mereka pada hari kebangkitan seperti belalang yang beterbangan dalam keadaan bingun tidak tahu arah, karena mereka kaget akan kebangkitan yang mereka alami. Dalam ayat lain Allah menggambarkan,
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (37)
“Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa : 34-37)
Nabi ﷺ juga menggambarkan bagaimana kondisi manusia tatkala dibangkitkan. Nabi ﷺ bersabda,
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا} صحيح مسلم (4/ 2194{(
“Manusia dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.” (HR. Muslim 4/2194 no. 2859)
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ – أَوْ قَالَ: الْعِبَادُ – عُرَاةً غُرْلًا بُهْمًا ” قَالَ: قُلْنَا: وَمَا بُهْمًا؟ قَالَ: ” لَيْسَ مَعَهُمْ شَيْءٌ} مسند أحمد بن حنبل (3/ 459{(
“Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat –atau bersabda dengan redaksi para hamba- dalam keadaan tidak berpakaian, tidak berkhitan, dan tidak buhman” Lalu kami bertanya, “Apakah buhman itu?” Beliau bersabda, “Tidak ada sesuatupun yang kalian bawa.” (HR. Al-Ahmad 3/459 no. 16085)
Dalam riwayat yang lain Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّكُمْ مَحْشُورُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا: {كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ} الآيَةَ} صحيح البخاري (8/ 109{(
“Kalian dikumpulkan (pada hari kiamat) dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak dikhitan.” Kemudian beliau membaca firman Allah, ‘Sebagaimana kami telah memulai penciptaan pertama, maka begitulah kami mengulanginya’ (QS. Al-Anbiya’ : 104).” (HR. Bukhari 8/109 no. 6526)
Maka sebagaimana seorang anak yang lahir di atas permukaan bumi ini dari perut ibunya yang tidak berpakaian, tidak beralas kaki, tidak membawa apa-apa, maka demikian pula tatkala ia dibangkitkan pada hari kiamat. Bahkan tatkala seseorang meninggal dunia dan dikuburkan, tidak ada yang dia bawa dari hartanya sepesarpun. Sampai-sampai tatkala seseorang meninggal dunia di Arab Saudi, benar-benar tidak ada harta yang dia bawa untuk dirinya, karena kain kafan dan proses penyelenggaraan jenazahnya garatis. Sehingga tidak ada sepeserpun harta yang dia kumpulkan untuk dia bawa kedalam kuburannya. Maka jangankan harta yang besar dan jabatan yang kuat, pakaian dan alas kakipun dia tidak punya pada hari kiamat kelak. Dan tidak ada jabatan di akhirat kecuali hanya dua, yaitu penghuni surga atau penghuni neraka. Oleh karenanya Allah akan berfirman pada hari tersebut,
لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (16)
“Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (QS. Ghafir : 16)
Maka dari itu wahai saudaraku, seseorang boleh mengumpulkan harta dan bersenang-senang di dunia. Akan tetapi seseorang harus memiliki simpanan untuk akhiratnya. Karena seluruh apa yang dikumpulkan di dunia, tidak akan dibawa baik ke dalam kubur, terlebih lagi pada hari kebangkitan. Sehingga setelah manusia telah dibangkitakan, maka semua dikumpulkan pada suatu tempat bernama padang mahsyar.
Wallahu a’lam.
Artikel ini serial penggalan dari Ebook – Perjalanan Setelah Kematian (DOWNLOAD PDF)